Terence Crawford Terpaut Satu Kemenangan Lagi Dari Warisan Tak Tertandingi

1 week ago 18

Ligaolahraga.com -

Posisi Terence Crawford di kalangan elit tinju sudah tak tergoyahkan. Di usia 37 tahun dan tak terkalahkan, ia telah meraih segala yang bisa diimpikan seorang petinju.

Namun, di ambang pertarungannya melawan Canelo Alvarez, Crawford berada di ambang sesuatu yang lebih besar: warisan yang bisa melampaui generasi.

Kehebatan dalam tinju tidak muncul dalam semalam. Itu dibangun atas tahun-tahun disiplin, visi, dan konsistensi.

Pada 2006, saat Crawford berusia 18 tahun, kata-katanya kepada wartawan lokal Omaha mencerminkan semangat yang sama yang ia bawa hingga hari ini.

“Saya suka bertarung di ring dengan petinju lain dan menguji kemampuan saya,” katanya. “Saya bisa bertarung secara brutal atau mengungguli Anda. Saya tidak masalah mencampur keduanya.” Pada tahun itu, ia membuktikannya dengan mengalahkan calon juara Danny Garcia dan Mikey Garcia. Hampir dua dekade kemudian, filosofinya tetap sama.

Konsistensi adalah senjata terkuat Terence Crawford. Di balik sorotan lampu, ia menahan ribuan jam di gym—menerima pukulan, menahan rasa sakit, dan menghilangkan keraguan diri.

Dia memulai kariernya di Carl Washington Boxing Gym di Omaha, tempat ayahnya dan kakeknya juga berlatih, sebelum sepenuhnya berkomitmen pada olahraga ini di usia remaja.

Kemitraannya dengan pelatih lama Brian “Bomac” McIntyre telah berlangsung selama 18 tahun, memberikan stabilitas dan kepercayaan dalam olahraga yang sering kali dipenuhi kekacauan. Bersama-sama, mereka telah mengantarkan Crawford ke rekor 41-0.

Rekor tak terkalahkan dalam tinju memiliki dualitas yang aneh. Pelatih lama sering mengabaikannya sebagai hal yang tidak berarti, percaya bahwa hal itu menunjukkan kurangnya tantangan.

Namun, dalam tinju modern, di mana petinju bertanding lebih jarang dan karier mereka dikelola dengan hati-hati, tetap tak terkalahkan adalah hal yang langka dan berharga.

Terence Crawford sendiri rata-rata hanya bertanding sekali setahun dalam lima tahun terakhir, sementara Canelo Alvarez hampir dua kali lebih aktif.

Namun, Crawford memaksimalkan setiap kesempatan, mengisi 19 pertarungan gelar dengan variasi dan prestasi.

Dia memenangkan gelar juara dunia pertamanya di luar negeri, mengubah Omaha menjadi kota tinju yang tak terduga, dan menjadi petinju ketiga yang menyatukan keempat sabuk juara di kelas welter ringan sebelum mengulangi prestasi itu di kelas welter.

Kemenangannya atas Errol Spence pada 2023 memberinya kemenangan ikonik yang diminta para kritikus. Setahun kemudian, dia merebut sabuk juara lain di kelas welter ringan dengan mengalahkan Israil Madrimov.

Karier Terence Crawford tidaklah mudah. Dia menghadapi hambatan promosi, bertarung melawan juara di kandang mereka, dan menuntut penghormatan yang tidak diberikan dengan mudah.

Namun, melalui semua itu, dia tetap konsisten, mengalahkan siapa pun yang berani bertarung dengannya.

Kini, melawan Alvarez di Allegiant Stadium, Las Vegas, Crawford menghadapi ujian paling puncak. Jika ia menang, ia tidak hanya akan menambah sabuk juara—ia akan menorehkan warisan yang tak tertandingi dalam tinju modern.

Tak terkalahkan, juara sejati di beberapa divisi, dan mengendalikan nasibnya sendiri, nama Crawford akan bergema tidak hanya di Hall of Fame Canastota, tetapi juga dalam keabadian tinju.

Artikel Tag: Terence Crawford

Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/tinju/terence-crawford-terpaut-satu-kemenangan-lagi-dari-warisan-tak-tertandingi

Read Entire Article
Sports | | | |